WWF Pandu MPA Desa Sepahat untuk Monitoring Pertumbuhan Pohon Melalui Metode Geotag
![]() |
Foto bersama seluruh peserta pelatihan monitoring survival rate dan geotag di Desa Sepahat, Kabupaten Bengkalis. Foto : Nindi Muhda |
Desa Sepahat (29/7); Sebagai
lanjutan dari kegiatan revegetasi lahan gambut pada bulan Mei lalu, pekan ini
WWF mengadakan pelatihan monitoring pertumbuhan tanaman di Desa Sepahat,
Kecamatan Bandar Laksmana. Dalam sambutannya, Zainudin Khalid selaku Manager
Sumatera Peatland mengungkapkan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk memudahkan
pengamatan dalam perkembangan tanaman. “Tanaman yang sudah ditanam kemudian
kita amati diameter dan tinggi tanamannya menggunakan aplikasi ODK collect dan geotag, agar memudahkan pemantauan.” ungkapnya.
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Jerry Quarry selaku pemateri dari WWF Indonesia. “Program ini memberikan wacana baru bagi masyarakat guna membantu proses reforestasi untuk melindungi lahan gambut mengawasi pertumbuhan pohon-pohon melalui geotag.”
Hal yang sama juga diungkapkan oleh Jerry Quarry selaku pemateri dari WWF Indonesia. “Program ini memberikan wacana baru bagi masyarakat guna membantu proses reforestasi untuk melindungi lahan gambut mengawasi pertumbuhan pohon-pohon melalui geotag.”
Selain dihadiri oleh MPA, turut
hadir UPT KPH Bengkalis, serta mahasiswa KKN yang berada di Desa Sepahat. Dalam
kesempatan yang sama, KPH Bengkalis, Sutri Helpida menyatakan apresiasinya atas
kegiatan pelatihan ini. “Kita sangat mendukung kegiatan WWF ini dan akan mengelola secara bersama lahan di
Desa Sepahat dengan luasan 15 Ha ini. Kita tidak hanya melakukan penanaman awal
akan tetapi mengelola secara berkelanjutan dengan memperoleh hasil ekonomi dan
sosial secara maksimal.”
Kebakaran lahan dalam satu dekade
terakhir dan praktik tata kelola lahan gambut yang salah telah menyebabkan
rusaknya tutupan alami lahan gambut di banyak wilayah, termasuk Giam Siak
Kecil, Kabupaten Bengkalis. Hilangnya tegakan hutan akibat kebakaran hutan yang
terjadi menyebabkan fungsi ekologis tidak berjalan secara optimal, mengingat
peran tegakan hutan sangat penting yakni sebagai pengatur air atau reservoir.
Untuk mengembalikan lahan gambut ke keadaan alaminya (tertutupi oleh vegetasi), WWF bersama dengan MPA Desa Sepahat telah melakukan penanaman untuk revegetasi kawasan seluas 15 hektar.
Untuk mengembalikan lahan gambut ke keadaan alaminya (tertutupi oleh vegetasi), WWF bersama dengan MPA Desa Sepahat telah melakukan penanaman untuk revegetasi kawasan seluas 15 hektar.
“Sebagai bentuk upaya pemulihan
lahan gambut, saat ini WWF sedang melakukan Revegetasi dengan menanam tanaman
buah dan tanaman kayu. Untuk jenis tanaman buah kita pilih tanaman yang
bernilai ekonomi. Harapannya, areal yang sudah ditanam ini
bisa bermanfaat dan menjadi lokasi riset atau wisata nantinya.” jelas Samsul Komar, Forest Fire Monitoring and Restoration
Specialist.
Melalui praktik langsung di lapangan, WWF memperkenalkan kepada
MPA Desa Sepahat sebuah inovasi teknologi “geotag”
(pelabelan pohon) yang dapat digunakan untuk memantau survival rate tanaman pasca penanaman hingga 24 bulan setelah
penanaman. Geotagging merupakan
bagian dari program NewTrees yang digagas oleh WWF Indonesia untuk mengajak
korporasi juga masyarakat untuk peduli dan sadar pada kerusakan lingkungan yang
terjadi.
![]() |
Praktik monitoring pertumbuhan tanaman menggunakan aplikasi ODK collect dan geotag. Foto : Nindi Muhda |
Pada sesi akhir
acara, Sekretaris Desa Sepahat, Muhammad Ali mewakili pemerintah desa menyampaikan harapannya agar kegiatan restorasi lahan gambut di desa mereka tidak hanya dilakukan oleh lembaga WWF tetapi juga dari berbagai stakeholder.
Puncak acara ditandai dengan penyerahan 4 Unit Smartphone oleh WWF kepada Tim MPA Desa Sepahat yang dapat digunakan untuk keperluan monitoring survival rate tanaman kedepannya.
Puncak acara ditandai dengan penyerahan 4 Unit Smartphone oleh WWF kepada Tim MPA Desa Sepahat yang dapat digunakan untuk keperluan monitoring survival rate tanaman kedepannya.
Tidak ada komentar